Jumat, 17 Desember 2010

cicak

Aku tiduran tapi tak terpejam, saat jarum panjang` jam menunjukkan angka 12, dan langit menghitam sedang gelap-gelapnya. Aku berniat membuka jendela kamar lalu memandangi bintang dan berlagak seperti nabi Ibrahim. Tiba- tiba memoriku mengingatkanku pada kejadian di suatu malam lalu, saat lingkungan rumahku terkena kebijakan “mati lampu bergilir” dari perusahaan milik negara yang beralibi “penghematan listrik”, sesosok bayangan melintas, yang sudah ku buktikan dengan logika praktis itu bukan seonggok daging berwujud manusia melainkan kegaiban yang aku tak berani menerka-nerka wujudnya. Akhirnya aku mengurungkan niatku dan memilih untuk kembali merasakan ketidakempukan kasurku.
Seharusnya malam ini rumahku sunyi tak bersuara, karena adik dan orang tuaku tidur lebih awal dari biasanya, dan abangku sedang tidak hobi mendengkur. Namun, kesunyian pecah karena suara-suara. Tidak terlalu berisik memang, dan sepertinya aku sudah akrab dengan suara itu yang kini lebih besar volumenya. Bukan suara- suara gaib atau rintihan dari neraka. Suara itu berasal dari makhluk yang diberi Tuhan kesempurnaan dapat memutuskan ekornya. Ya, aku yakin betul itu suara cicak.


Aku membolak-balikan tubuhku di kasur saat insomnia melandaku hingga pukul tiga pagi. Kuacuhkan kebebasan cicak untuk bersuara tanpa menggangunya dengan menyelepetkan karet gelang ke arahnya. Lagi pula aku tidak melihat sang punya suara. Batinku lalu bertanya dimana cicak itu berada. Ku longok dinding di kananku tapi tak juga kutemukan wujudnya. Aku kaget seketika. Dua cicak kejar-kejaran dari balik pintu kamar yang kubiarkan terbuka. Adegan kejar-kejaran itu berkhir di atas plafon. Satu dari keduanya berada di atas tubuh yang satunya. mereka mengeluarkan suara-suara yang mustahil aku tahu maknanya. Seekor menyusul keduanya, namun tak ikut serta dalam pergulatan tindih-menindih. Ia hanya terdiam. Teriakku menghakimi, “gila..dia bersetubuh depan gue ma temennya,jangan-jangan temennya lagi videoin adegan itu lagi”. ocehku dalam hati, kalo ariel ngeliat ini dia mungkin milih jadi cicak kali ya…”…
Hmm..Pikiranku sudah kemana-mana. Sepasang cicakpun masih asik –mungkin- bersenggama. yang seekorpun mulai berbalik badan tanpa hormat. Ku rasa ia sudah kehabisan kaset. Karena adegan ini sudah terlalu panjang melebihi film pendek yang berdurasi 30 menit. Aku senyum- senyum sendiri “tidak selamanya pornoaksi itu merangsang, dan pornografi itu bisa juga membosankan” Mataku yang terpaku pada plafonpun mulai sayup-sayup kehabisan energi. Bagaimana tidak, jam sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi. Aku harus tidur. Aku tidak ingin ketinggalan absen pagi dan ketinggalan berinteraksi dengan Tuhan tercintaku. aku bergumam penuh harap, “Dengan namaMu ya Allah, aku hidup dan aku mati”..zzzzzzzz

Tidak ada komentar: