Yuni dengan seragam barunya |
Salah satu daerah tempat kami membagi-bagikan seragam adalah daerah Serua Indah, Ciputat. Kami mendatangi rumah adik-adik yang sudah kami data sebelumnya. Kami memberinya pun dengan cara sembunyi-sembunyi karena kami tidak menginginkan adanya suatu kecemburuan dan terlebih lagi jumlah bantuannya juga sangat terbatas.
"Rin, ada banyak orang yang nongkrong di dekat rumah Ibu Hamidah ga?", tanyaku pada Ririn.
"Ga ada Man", jawabnya.
"Oke, kalau begitu kita langsung dateng ke rumah Bu Hamidah ya aja Rin", tegasku.
****
Di rumah semi permanen dengan luas 2 x 3 m itu Ibu Hamidah tinggal bersama kedua orang putrinya. Suaminya sudah lama meninggal. Meski rumah yang ditempatinya itu sederhana, Ibu Hamidah dan kedua anaknya sangat mencintai rumahnya yang hanya berlantaikan tanah yang ia lapisi dengan karpet plastik itu. Rumah itu merupakan bantuan dari warga sekitar yang bergotong royong mebuatkan rumah untuk mereka. Bagaimana tidak, dari penghasilannya sebagai buruh cuci ia hanya bisa mengantongi uang Rp. 350.000,-/bulan, jadi jangankan untuk mengontrak rumah, untuk keperluan sehari-hari saja ia kesulitan.
Dalam temaram ruangan, Yuni, anak Ibu Hamidah sedang asyik membantu ibunya melipat baju yang sudah disetrika diselingi obrolan hangat antara orang tua dan anak. Yuni tak pernah segan membantu ibunya yang rambutnya kini mulai dipenuhi uban. Kakanya Ratna, saat itu sedang tidak ada di rumah. Sampai di saat Yuni melipat baju sekolahnya yang sudah sedikit usang, ia memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginannya yang terpendam.
"Mak, Yuni pengen deh sekolah pake baju tangan panjang. Rok panjang juga mak. Yuni pengen sekolah pake jilbab mak", pinta Yuni kepada Ibunya.
"Iya Ni, Insya allah emak kalo ada duit ntar mak beliin ya, Ema belum ada duit", jawab Ibu Hamidah dengan penuh kasih sayang.
Ibu Halimah, |
"Iya mak, Yuni pengen banget pake jilbab. Kalo mak punya duit, beliin ya mak nanti", pinta Yuni lagi.
"Iya Ni. Yaudah emak mau sholat dulu. Mak juga berdoa supaya apa yang Yuni minta digampangin dan dikabulin ama Allah ya ni.”
"Iya mak. Yuni juga mau sholat juga. Insya allah kesampean yaa Mak.
Setelah mereka solat, terdengar salam dan ketukan pintu rumah mereka.
"Assalamu'alaikum...assalamu'alaikum", ucap Ririn sambil mengetuk pintu Ibu Halimah.
"Wa'alaikumussalam", jawab Ibu Hamidah.
" Ehhh..mbak Ririn toh. Masuk mbak..masuk",ajak Bu Hamidah.
"Iya Ibu. Ini mau kasih Seragam buat si Yuni sama Ratna.
Ibu Halimah dengan semangat memanggil Yuni. Saat menunggu Yuni, aku dan Ririn melihat kondisi Rumahnya yang cukup memprihatinkan itu.
"Subhanallah...Ya Allah...Ya Allah. Barusan Ibu selesai Sholat mbak. Ibu minta sama Allah, supaya Yuni bisa punya seragam baru", kata Ibu Hamidah sambil bercucuran air mata.
"Apa maksud ini semua Ya Allah", dalam hati aku berkata.
"Subhanallah bu..Iya ini bantuan dari kakak-kakak. Insya allah bermanfaat buat Yuni sama Ratna".kata Ririn yang hampir berlinang air mata.
“Yuni, ini neng, cobain baju dari kakak-kakak, alhamdulillah Ni, apa yang Yuni pengen langsung dikabulin Allah, makasih neng sama Kaka-kakanya” syukur Ibu Hamidah sembari membantu Yuni mengenakan seragam.
Melihat Yuni yang begitu semangat mencoba seragam barunya, sungguh menjadi suatu spirit tersendiri bagi kita. Yah, semoga Ia menjadi bersemangat untuk sekolah.
"Udah ni kak", kata Yuni.
"Idihhhh...pas bangetttt..jilbabnya, Yuni punya ga?",kata Ririn
"Iya pas kak. Jilbabnya, aku punya kak. Makasih ya kak", kata Yuni.
“Makasih ya Ka, Ya Allah baru aja Yuni bilang sama Ema, alhamdulillah langsung ada. Makasih banyak ya Ka”
“Iya sama-sama ya Yuni, minta doanya biar kakak-kakak yang bantu urusannya dipermudah sama Allah”
"Iya sekali lagi makasih ya kak", kata Yunini yang tersipu malu.
"Tolong sampaikan terimakasih banyak ya mas, ya mbak. Semoga kakak-kakaknya dibalas sama Allah SWT, enteng rejekinya, dan selalu disehatkan",kata Ibu Hamidah
"Iya ibu..amin..amin..amin..semoga bermanfaat ya Ibu", kata Ririn.
"Iya mbak Ririn"
"Yauda kalau begitu, kita permisi dulu ya bu. Insya allah, kita kapan-kapan main lagi. Boleh kan bu?",Tanyaku aku pada Bu Hamidah.
"Iya boleh banget mas. Maen aja mas",balas Bu Hamidah.
"Yuni, kakak pulang dulu yaa",Kata Ririn.
"Iya kak. Ati-ati yaa kak..makasih ya kak",balas Yuni.
"Kita Pamit ya Bu, Assalamu'alaikum",Pamitku dan Ririn ke[ada Bu Hamidah.
"Waalaikumussalam. Ati-ati yaa",balas Ibu mereka dengan senyum merekah dari bibir keduanya.
Dengan perasaan haru dan takjub pada Kuasa Allah, aku dan Ririn meninggalkan rumah itu. kami membatin, sungguh rencana Allah memang sangat indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar