Sembari mengancingi resleting celananya, Sentot keluar dari gerbong kereta itu. Ia melihat ke sekeliling memastikan seorangpun tidak melihatnya. Sebalok kayu dari balik jaket jeansnya dibuangnya ke tanah. Dengan santai ia menelusuri dinginnya tengah malam seperti tidak terjadi apa-apa.
Malam itu, sentot mabuk berat. Ia gelap mata mencabuli dan memukuli seorang anak berumur 10 tahun. Sentot berjalan terhuyung meninggalkan anak yang tergeletak tak berdaya itu seorang diri. Dari bibir anak itu menetes cairan merah segar yang sesekali ia usap dengan tanganya. Rintihan minta tolong dari mulut mungilnya tak mampu memecahkan keheningan. Ia mengambil kaleng lem aibon dari kantong celananya, lalu melemparkannya ke kaca kereta berharap seseorang mendengarnya. Dengan tenaga yang hampir habis ia mencoba berdiri, tapi kakinya yang terluka akibat pukulan benda keras tak mampu menopang tubuh kurusnya.
“Makan dulu tong, pegel tangan ema nyuapin, jangan lari-larian ah” terngiang suara dan wajah bunda yang telah tiada. Seketika air mata menetes dari pelupuk matanya. Dalam napas terakhirnya, anak itu berucap “Ma, Bayu kangen ema, Bayu mau nyusul ema ke surga”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar