EKSHIBISIONIS
Ini pengalamanku yang paling pahit. Sungguh kukatakan sekali lagi ini yang paling pahit. Mungkin tepat ku katakan mimpi apa aku semalam hingga aku bisa menngalami kejadian ini. Aku bukanlah baru jatuh dari jurang, atau mendapat kiriman bom. Ini lebih tragis. Tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tapi ini juga menginjak-injak kehormatan dan harga diriku. Aku berdoa dengan sungguh-sungguh, semoga perempuan di seluruh dunia ini tidak mengnalami kejadian buruk seperti yang aku alami, dan laki-laki mulailah meredam nafsu kalian!
Sore hari, saat menikmati kesendirian dalam kelelahan sehabis kuliah, aku berjalan sedikit gontai. Maklum, uang di kantong tinggal Rp.3000,- dan bakteri di perut mulai bernyanyi riang tanda keroncongan. Aku harus menghilangkan sejenak gambar ayam goreng, rendang, dan jus stroberi dalam bayanganku karena aku akan menyebrang. Saat itu, aku hanya memastikan tidak ada lagi kendaraan yang melaju dari kanan dan kiriku, tanpa tahu ternyata sudah ada seonggok daging yang memerhatikanku dari entah kejauhan atau kedekatan.
Aku masih terus berjalan dengan santainya walau zat asam perutku sudah dibombardir secara membabi buta. Aku tak berniat untuk berjalan cepat atau bahkan berlari seperti singa kelaparan yang baru saja melihat mangsanya. Aku sesekali menoleh ke belakang. Aku ingat betul saat itu aku hanya sendirian di 100 meter sebelum kediamanku. Tapi entah menggunakan ilmu apa, sekitar lima menit di belakangku muncul iblis yang mengendarai motor besar. Ia mengarahkan motornya ke arah yang berebeda dengan arah rumahku. Tapi tak lama kemudian ia berjalan mendahuluiku ke arah jalan yang kulewati. Sesampainya di penghujung jalan, ia membalikkan motornya dan berjalan menghampiriku. Aku menduga iblis itu sedang kebingungan. Berselang 5 menit, iblis itu menghentikan motornya berhadapan denganku dan menanyakan sesuatu.
“De, tau jalan ke stasiun sudimara?”
“Mas dari depan jalan ini ke arah kanan, nanti ada pertigaan ambil kanan. Lalu terus ikuti jalan. Ketemu pertigaan lagi mas ambil arah kiri. Ikuti jalan terus nanti langsung ketemu stasiun sudimara.” Jawabku tanpa curiga. Saat menanyakan jalan padaku, iblis tersebut tidak membuka helmnya. Masih teringat jelas di memoriku hingga sekarang, sorot mata iblis tersebut yang menggenggam gulungan Koran di tangannya.
“Oh, makasih ya, jadi jalan ke stasiun sudimara nanti saya ke kanan? Itu bener stasiun sudimara yang ada di jombang?pokonya dari sini…bla..bla..bla…”
Aku mulai menaruh curiga pada iblis itu yang tak henti-hentinya bertanya padaku pertanyaan yang sudah sangat jelas ku jawab. Hingga sampailah aku pada kejadian yang teramat sangat pahit itu. Iblis itu rupanya mulai mencari cara agar aku tak hanya menatap wajahnya. Ia menggoyang-goyangkan tangannya yang memegang Koran dan berusaha agar aku melihat gerakan tangannya. Naudjubillah, ternyata gerakan tangannya itu terjadi karena ia menggoyang-goyangkan kemaluannya yang akhirnya sial kulihat.
“Gila lo!”, reflek keluar dari mulutku sambil aku membalikkan badan. Aku yakin pasti iblis itu girang bukan kepalang. Aku bisa saja memmukul orang itu, tapi saat itu yang ada dipikiranku aku khawatir saat aku mengarahkan pukulanku ke arahnya, tangannya dengan sigap menangnkap tanganku dan memaksaku memegang kemaluannya. Sumpah ini pengalaman paling pahitku dan reflek yang paling bodoh yang pernah ku lakukan. Harusnya sudah ku lempar ia dengan batu atau paling tidak ku catat nomer plat motornya.SIAL!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar