Senin, 03 November 2008

kartini-kartini Indonesia

pergi pagi pulang petang
suami sakit, anak banyak, uang sedikit
konde di kepala, keringat di kepala
sendal jepit sebagai senjata
berjuang, bertarung, setiap hari
belum mati,,belum berhenti
Kartini pulang petang
uang lima ribu di tangan
untuk makan, bayar kontrakkan
suami sakit, anak banyak masih kecil belum berpikir
Kartini kebingungan
sendal jepit usang sudah putus
diripun tak terurus
Kartini berjuang kehilangan senjata
disaksikan gedung bertingkat
Rumah elit
mobil mengkilap
restauran yang selalu ramai
Pagi itu Kartini berjuang sakit-sakitan
tapi baginya ia belum kalah berperang
ia berhenti di rumah sakit Harapan kita
melintas di depannya mobil jenazah berspion bendera kuning
Kartini memikirkan suaminya
jangankan untuk berobat ke rumah sakit
menginjak lantainyapun Kartini tidak mampu
tapi ia yakin Tuhan tidak pernah tidak adil
Kartini pulang petang
gubuknya menyambut
Kartini kelelahan
tapi anak dan suaminya belum makan
Kartini kebingungan
uang di tangan tinggal dua ribu
ia menyesal membeli sendal
ia kelur membeli uang dengan pas-pasan
ia kebingungan lagi
tapi bukan kartini jika ia tidak kuat menerima realita
kartini meminjam uang
ia membuat lubang lagi padahal lobang yang lain belum tertutup
tapi ia tetap berjuang
suami sakit biar sembuh
anak kecil biar berpikir
kontrakkan...
hutang
kelaparan...
tapi ia yakin Tuhan menunggu ia dan keluarganya
dan menyeiakan untuk mereka
kekayaan yang lebih dari kekayaan dunia

Tidak ada komentar: